Salam
Menulis!
Sahabat, Hari ini asrama di pondok pesantren saya mengadakan
acara tahunan sebagai program khusus mengenalkan beberapa budaya di Indonesia yang
diadakan oleh organisasi pengurus kelas 12 yang bertugas mengayomi adik-adik
kelasnya. Pengenalan budaya yang dikemas dalam bentuk lomba antar angkatan yang
masing-masing harus menguasai budaya apa yang ia dapatkan melalui cara diundi.
Angkatan kami, kelas 10 SMA
mendapatkan “jatah” Budaya dari Ranah Minang atau lebih spesifik lagi Padang. Padahal,
dari angkatan kami tidak ada yang murni darah Minang. Oleh sebab itu, beberapa
hari kebelakang kami berusaha untuk mencari seluk beluk dari ciri khas tanah
Minang. Dan finalis Miss Budaya dari Minang kali ini adalah teman kami, Indri
Dwi Hardianti.
Dan Alhamdulillah, berkat bantuan dari
Mr. Google yang sinyalnya juga kadang-kadang poor, saya mendapatkan beberapa
pengetahuan tambahan mengenai hal ini. Meskipun memang Minang terkenal dengan
salah satu pakaian adat khas bagi perempuannya yang rumit berupa “limpapeh
rumah nan gadang” dan “tingkuluak” yang di pakai di kepala. Asal kalian tahu, itu
sangat sulit bagi kami yang nol besar dalam Budaya Minangkabau. Dan tugas terbesar
kami adalah : menyelaraskan budaya Minang tersebut dengan fasilitas minim yang
tersedia di pondok.
Akhirnya, kami dipaksa untuk
berimprovisasi terhadap Budaya Minang dalam berbagai aspek. Kami mencoba
menyelaraskan pakaian khas Minang yang rumit itu agar terkesan simple tanpa
meninggalkan ke-khas-annya sendiri. Misalnya dengan mencari pakaian muslim
melayu ditambah atribut dari kain sarung dan samping yang direka sedemikian
rupa.
Kami pun tak kalah untuk
berimprovisasi kembali di penampilan tambahan. Dalam penampilan silat Minang,
kami merekrut anak dari ekstrakulikuler silat untuk mempertontonkan
kebolehannya yang mungkin berbeda dengan silat asli Minang. Lagu Ayam Den Lapeh
kami tarikan dengan tarian yang sedikit-sedikit ngawur tanpa terpaku
kepada video yang telah kami unduh dari youtube tapi hasilnya amazing.
Musik rebana yang begitu membahana dan pembacaan puisi berbahasa Minang
sangat memuaskan kinerja kami.
Di tengah acara, Indri harus
menjawab 2 pertanyaan seputar pengetahuan Budaya Minang dan 1 tantangan yaitu menarikan
tarian Minangkabau. Dan ia memutuskan untuk menari Tari Piring dalam kontesnya
kali ini.
Sungguh. Tari Piring dengan lagunya Ayam
Den Lapeh!
Akhirnya setelah Budaya Minangkabau
selesai mempertontonkan kebolehannya, kemudian yang saya sadari adalah tepuk
tangan yang bergemuruh dan cetarrr membahana!!
Kiranya, tulisan ini dapat menjadi
motivasi bagi teman-teman untuk tetap memperhatikan bahwa Indonesia tak hanya
tempat menetap kita. Tapi jauh di ujung sana, banyak Indonesia yang lain yang
belum kita ketahui sebagai Indonesia.
Kami tak pernah berkecil hati meski
acara lomba Miss Budaya 2014 kali ini dimenangkan oleh angkatan kelas 9 SMP
sebagai juara pertama, angkatan kelas 10 SMA sebagai juara kedua dan 2 SMP
sebagai juara ke tiga. Dan hal yang mengejutkan khususnya buat saya yang
kesekian kalinya adalah : juara 1 lomba cipta puisi yang diadakan minggu lalu.
Nice. Salam Menulis!