Sabtu, 08 Maret 2014

Minang Dalam Kacamata Santri Purwakarta


Salam Menulis!
Sahabat, Hari ini asrama di pondok pesantren saya mengadakan acara tahunan sebagai program khusus mengenalkan beberapa budaya di Indonesia yang diadakan oleh organisasi pengurus kelas 12 yang bertugas mengayomi adik-adik kelasnya. Pengenalan budaya yang dikemas dalam bentuk lomba antar angkatan yang masing-masing harus menguasai budaya apa yang ia dapatkan melalui cara diundi.
            Angkatan kami, kelas 10 SMA mendapatkan “jatah” Budaya dari Ranah Minang atau lebih spesifik lagi Padang. Padahal, dari angkatan kami tidak ada yang murni darah Minang. Oleh sebab itu, beberapa hari kebelakang kami berusaha untuk mencari seluk beluk dari ciri khas tanah Minang. Dan finalis Miss Budaya dari Minang kali ini adalah teman kami, Indri Dwi Hardianti.
        Dan Alhamdulillah, berkat bantuan dari Mr. Google yang sinyalnya juga kadang-kadang poor, saya mendapatkan beberapa pengetahuan tambahan mengenai hal ini. Meskipun memang Minang terkenal dengan salah satu pakaian adat khas bagi perempuannya yang rumit berupa “limpapeh rumah nan gadang” dan “tingkuluak” yang di pakai di kepala. Asal kalian tahu, itu sangat sulit bagi kami yang nol besar dalam Budaya Minangkabau. Dan tugas terbesar kami adalah : menyelaraskan budaya Minang tersebut dengan fasilitas minim yang tersedia di pondok.
         Akhirnya, kami dipaksa untuk berimprovisasi terhadap Budaya Minang dalam berbagai aspek. Kami mencoba menyelaraskan pakaian khas Minang yang rumit itu agar terkesan simple tanpa meninggalkan ke-khas-annya sendiri. Misalnya dengan mencari pakaian muslim melayu ditambah atribut dari kain sarung dan samping yang direka sedemikian rupa.
            Kami pun tak kalah untuk berimprovisasi kembali di penampilan tambahan. Dalam penampilan silat Minang, kami merekrut anak dari ekstrakulikuler silat untuk mempertontonkan kebolehannya yang mungkin berbeda dengan silat asli Minang. Lagu Ayam Den Lapeh kami tarikan dengan tarian yang sedikit-sedikit ngawur tanpa terpaku kepada video yang telah kami unduh dari youtube tapi hasilnya amazing. Musik rebana yang begitu membahana dan pembacaan puisi berbahasa Minang sangat memuaskan kinerja kami.
            Di tengah acara, Indri harus menjawab 2 pertanyaan seputar pengetahuan Budaya Minang dan 1 tantangan yaitu menarikan tarian Minangkabau. Dan ia memutuskan untuk menari Tari Piring dalam kontesnya kali ini.
            Sungguh. Tari Piring dengan lagunya Ayam Den Lapeh!
      Akhirnya setelah Budaya Minangkabau selesai mempertontonkan kebolehannya, kemudian yang saya sadari adalah tepuk tangan yang bergemuruh dan cetarrr membahana!!
      Kiranya, tulisan ini dapat menjadi motivasi bagi teman-teman untuk tetap memperhatikan bahwa Indonesia tak hanya tempat menetap kita. Tapi jauh di ujung sana, banyak Indonesia yang lain yang belum kita ketahui sebagai Indonesia.
        Kami tak pernah berkecil hati meski acara lomba Miss Budaya 2014 kali ini dimenangkan oleh angkatan kelas 9 SMP sebagai juara pertama, angkatan kelas 10 SMA sebagai juara kedua dan 2 SMP sebagai juara ke tiga. Dan hal yang mengejutkan khususnya buat saya yang kesekian kalinya adalah : juara 1 lomba cipta puisi yang diadakan minggu lalu.
              Nice. Salam Menulis!