Kamis, 08 Mei 2014

Pengalaman MQK Provinsi Jawa Barat 2014


Salam Menulis!
            Kali ini saya akan membahas seputar kegiatan MQK Provinsi Jawa Barat ke-5 tahun 2014 yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Amin, Kawalu Kota Tasikmalaya. Yang dengan seizin Allah SWT, saya dapat menjadi salahsatu peserta di dalamnya.
            MQK (Musabaqoh Qiroatil Kutub) adalah perlombaan yang dilaksanakan tiap tiga tahun sekali guna menyaring para pemikir kajian kitab-kitab salaf atau yang biasa disebut sebagai “kitab kuning” dari berbagai pesantren di Indonesia. Perlombaan ini mencakup seputar kitab-kitab yang biasa dikaji di lingkungan pesantren diantaranya Tafsir Al-Quran, Nahwu, Fiqih, dan lain-lain yang masing-masing terbagi menjadi tingkatan pengusaan secara spesifik lagi seperti tingkat Ula : untuk pemula, Wustho : untuk pertengahan, dan Ulya : untuk kajian tertinggi. Pada MQK tahun ini, cabang yang baru telah diadakan, yaitu Debat Bahasa Arab dan Inggris yang masuk dalam ketegori Ulya. Peserta tingkat provinsi ini adalah perwakilan yang sebelumnya masing-masing telah disaring di tingkat kabupaten atau kota. 
            Alhamdulillah, saya dapat menjadi salah satu dari kelompok yang mewakili Kabupaten Purwakarta bersama Kak Sarah N. Kamilah dan Kak Izzatu Annisa dalam cabang lomba Debat Bahasa Inggris Putri. Lalu berbagai peserta dari ponpes lainnya di daerah Purwakarta, turut membawa nama baik kabupaten ini.
Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 21-25 April 2014 setelah sebelumnya, peserta perwakilan dari kontingen Purwakarta telah dikarantina dengan mendapatkan bimbingan secara kontinyu dari pembimbing khusus yang disediakan pemerintah kabupaten yang bertempat di Ponpes Al-Islam Cipaisan, Purwakarta. Selama 2 hari terhitung tanggal 18-19 April, para peserta dibimbing dalam mengkaji kitab dan pembahasan sesuai cabang lombanya masing-masing. Pada hari terakhir bimbingan, peserta dibagikan pakaian seragam hitam-putih yang menjadi warna ciri khas dari Kabupaten Purwakarta dan tas ransel yang seragam pula seluruhnya.
Hari Minggu pagi tanggal 20 April, kami melaksanakan perjalan ke Tasikmalaya yang memakan waktu sekitar 6 jam untuk sampai di pesantren Al-Amin, Kawalu. Sesampainya disana, kami disambut hujan deras dan terlebih dahulu melakukan verifikasi data peserta. Setelah itu, kami berbalik menuju penginapan di Hotel Padjajaran.
Hari Senin pagi, dengan seragam hitam-putihnya, kafilah Purwakarta dan kafilah lainnya telah bersiap akan diarak menggunakan delman atau andong dari Lapangan Dadaha menuju
Ponpes Al-Amin, Kawalu. Tak kurang dari 10 delman disediakan hanya untuk kafilah/kontingen Purwakarta :) . Diperjalanan, kami disaksikan oleh penduduk sekitar yang antusias melihat arak-arakan delman dalam rangka pembukaan MQK kali ini.

            Sesampainya di ponpes Al-Amin, kami disambut dengan sholawat badar yang dilantunkan  oleh para santrinya yang berjejer ditepian jalan menuju gerbang utama pondok. Saat sampai di lapangan utama, kami langsung digiring menuju rumah-rumah warga yang beberapa diantaranya merupakan pengrajin bordir yang telah disewa rumahnya untuk menjadi basecamp bagi para peserta lomba dari berbagai kontingen. Dan yang belakangan saya ketahui adalah kerajinan bordir ini sendiri merupakan wirausaha milik Al-Amin. Malamnya, upacara pembukaan pun berlangsung dengan meriah.
            Hari Selasa pagi, saya selaku salahsatu peserta debat mengikuti technical meeting sekaligus mengambil nomor undian, penentuan tema dan sebagai kubu pro atau kontra yang dilaksanakan di Aula bawah Asrama Putra. Dan ternyata, cabang Debat Inggris Kabupaten Purwakarta mendapat jatah pertama kali tampil melawan Kota Bandung ( perlu diketahui, yang mengambil nomor undian adalah saya :D ). Waktu lomba penyisihan bagi Debat Bahasa Inggris Putri adalah siang pada hari yang sama. Setelah melacak materi seputar Demokrasi Liberalisme dalam konteks Islam dari berbagai tema yang ada, kami mendapat jatah kontra yang artinya lebih mudah untuk menyerang dan berusaha mempertahankan. Kami melangsungkan perlombaan dengan tenang dan damai. Pada detik-detik terakhir, kami memukul telak lawan dengan pertanyaan yang jitu dan ditutup dengan ketukan palu dari juri yang menandakan waktu diskusi habis sebelum pro melepaskan argumen dan jawabannya bila ada. Babak penyisihan selesai. Acara pribadi selanjutnya disusul dengan perjalanan menuju bazar pernak-pernik MQK di lapangan utama. Disaat yang sama peserta Tafsir Al-Quran dari pesantren Al-Muhajirin, pesantren saya, yang bernama A. Fikran Mahissa pun melaksanakan lombanya.
            Di hari kedua penyisihan, cabang debat yang seluruhnya diwakili oleh pondok pesantren Al-Muhajirin menjalankan lombanya, kecuali debat Inggris yang pelaksanaannya di hari sebelumnya. Debat Bahasa Inggris Putra di wakili oleh Kak Chandra Ardhitama, Kak Ali Farhan dan Kak Aditya Indra Permana. Cabang Debat Bahasa Arab putri diwakili oleh Kak Dara Lokita Bahari, Kak Dini Endah dan Kak Irva Mauluna. Cabang Debat Bahasa Arab Putra diwakili oleh Kak Burhanul Aspia, Kak Arif dan Fikri Irfan Fauzan. Really, you’re so amazing when told your argument! Swear! :)
            Malamnya, kami berkumpul membahas argumen-argumen yang disampaikan lawan tadi siang. Dan kebetulan malam itu adalah pengumuman peserta yang masuk dalam seleksi final yang telah dipilih dari 6 nilai tertinggi. Artinya, nomor 7 kebawah telah di blacklist. Sayangnya, keempat regu debat bahasa kami tidak ada yang lolos ke babak selanjutnya. Tapi kami bersyukur bahwa diantara pahlawan-pahlawan Purwakarta kali ini, masih banyak yang masuk kedalam babak final esok hari.
            Karena tidak ada kegiatan di hari kamis, para kaum hawa sebagian memilih untuk pergi atau sekedar jalan-jalan melihat peserta yang masuk babak final. Sebagian yang pergi ke luar lingkungan pondok Al-Amin memutuskan untuk pergi ke Plaza Asia yang terletak tak jauh dari jalan utama pondok.
Dengan dua kali naik angkutan kota, kami sampai di pintu utama Plaza Asia. Tujuan kami pertama kalinya semenjak sampai di tempat itu adalah : toko buku. Ya, kami langsung melesat ke toko buku Gramedia dan berselancar mencari buku yang kami minati. Sampai tengah hari, kami makan siang dan kembali mengelilingi pusat perbelanjaan tersebut. Saat hari menjelang sore, kami baru pulang ke rumah penginapan dengan jatah uang yang hampir tipis dan banyak kantong belanjaan di tangan kami.
Malam dari hari kamis adalah pengumuman pemenang yang artinya pula, ini adalah malam terakhir kami di kota Tasikmalaya kali ini. Kami semua menuju lapangan utama yang sesak dipenuhi para peserta. Bazar yang tersedia menaruh harga yang jauh lebih rendah dari harga sebelumnya. Jelas, kami tak menaruh harapan banyak nama kami disebut dalam cabang debat bahasa.
Pengumuman selesai saat waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam. Kami kembali ke rumah penginapan dan menikmati angin malam yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang tak akan membuat kami masuk angin, namun semacam saat-saat yang nantinya akan selalu kami rindukan. Sebagian memutuskan memanjakan kelelahan mereka diatas tempat tidur, namun saya dan kak Izza memilih untuk melihat percik cahaya putih kunang-kunang di keremangan malam tengah sawah yang sangat indah dan mengalunkan lagu “if this was a movie” yang dinyanyikan Maddi Jane. Itu adalah lagu kebangsaan lomba pribadi kami kali ini.
Nothing’s gonna change, not for me and you then before I knew how much I had to lose.
Tak lama setelah itu, kami diberi tahu akan melaksanakan perjalanan pulang ke Purwakarta pada malam ini juga. Kami langsung bersiap dan menaiki bus yang telah disediakan. Di perjalanan, seperti ada sesuatu yang tertinggal. Kenangan. Kenangan kami telah tertinggal disana. Kapan kami mengunjungi Tasikmalaya bersama kembali?
Setelah lama menempuh perjalanan yang sangat jauh, kami akhirnya sampai di Purwakarta kembali dengan selamat. Sungguh pengalaman luar biasa yang tak terlupakan. Kelak, saya yakin bahwa diantara kita akan ada yang menjadi pemipin dunia dengan dasar Agama Islam yang dimilikinya.
“Kegagalan bukan penutup pintu kesuksesan seseorang. Ia justru menjadi jalan bagi mereka yang sadar akan adanya kesempatan.” –A.M Athena