Salam
Menulis!
Kali ini saya akan membahas seputar
kegiatan MQK Provinsi Jawa Barat ke-5 tahun 2014 yang dilaksanakan di Pondok
Pesantren Al-Amin, Kawalu Kota Tasikmalaya. Yang dengan seizin Allah SWT, saya
dapat menjadi salahsatu peserta di dalamnya.
MQK (Musabaqoh Qiroatil Kutub)
adalah perlombaan yang dilaksanakan tiap tiga tahun sekali guna menyaring para
pemikir kajian kitab-kitab salaf atau yang biasa disebut sebagai “kitab kuning”
dari berbagai pesantren di Indonesia. Perlombaan ini mencakup seputar
kitab-kitab yang biasa dikaji di lingkungan pesantren diantaranya Tafsir
Al-Quran, Nahwu, Fiqih, dan lain-lain yang masing-masing terbagi menjadi
tingkatan pengusaan secara spesifik lagi seperti tingkat Ula : untuk pemula,
Wustho : untuk pertengahan, dan Ulya : untuk kajian tertinggi. Pada MQK tahun
ini, cabang yang baru telah diadakan, yaitu Debat Bahasa Arab dan Inggris yang
masuk dalam ketegori Ulya. Peserta tingkat provinsi ini adalah perwakilan yang
sebelumnya masing-masing telah disaring di tingkat kabupaten atau kota.
Alhamdulillah, saya dapat menjadi
salah satu dari kelompok yang mewakili Kabupaten Purwakarta bersama Kak Sarah
N. Kamilah dan Kak Izzatu Annisa dalam cabang lomba Debat Bahasa Inggris Putri.
Lalu berbagai peserta dari ponpes lainnya di daerah Purwakarta, turut membawa
nama baik kabupaten ini.
Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 21-25 April 2014 setelah
sebelumnya, peserta perwakilan dari kontingen Purwakarta telah dikarantina
dengan mendapatkan bimbingan secara kontinyu dari pembimbing khusus yang
disediakan pemerintah kabupaten yang bertempat di Ponpes Al-Islam Cipaisan,
Purwakarta. Selama 2 hari terhitung tanggal 18-19 April, para peserta dibimbing
dalam mengkaji kitab dan pembahasan sesuai cabang lombanya masing-masing. Pada
hari terakhir bimbingan, peserta dibagikan pakaian seragam hitam-putih yang
menjadi warna ciri khas dari Kabupaten Purwakarta dan tas ransel yang seragam
pula seluruhnya.
Hari Minggu pagi tanggal 20 April, kami melaksanakan
perjalan ke Tasikmalaya yang memakan waktu sekitar 6 jam untuk sampai di
pesantren Al-Amin, Kawalu. Sesampainya disana, kami disambut hujan deras dan
terlebih dahulu melakukan verifikasi data peserta. Setelah itu, kami berbalik
menuju penginapan di Hotel Padjajaran.
Hari Senin pagi, dengan seragam hitam-putihnya, kafilah
Purwakarta dan kafilah lainnya telah bersiap akan diarak menggunakan delman
atau andong dari Lapangan Dadaha menuju
Ponpes Al-Amin, Kawalu. Tak kurang dari 10 delman disediakan
hanya untuk kafilah/kontingen Purwakarta :) . Diperjalanan, kami disaksikan
oleh penduduk sekitar yang antusias melihat arak-arakan delman dalam rangka
pembukaan MQK kali ini.
Sesampainya di ponpes Al-Amin, kami
disambut dengan sholawat badar yang dilantunkan
oleh para santrinya yang berjejer ditepian jalan menuju gerbang utama
pondok. Saat sampai di lapangan utama, kami langsung digiring menuju
rumah-rumah warga yang beberapa diantaranya merupakan pengrajin bordir yang
telah disewa rumahnya untuk menjadi basecamp bagi para peserta lomba
dari berbagai kontingen. Dan yang belakangan saya ketahui adalah kerajinan
bordir ini sendiri merupakan wirausaha milik Al-Amin. Malamnya, upacara
pembukaan pun berlangsung dengan meriah.
Hari Selasa pagi, saya selaku salahsatu
peserta debat mengikuti technical meeting sekaligus mengambil nomor undian, penentuan
tema dan sebagai kubu pro atau kontra yang dilaksanakan di Aula bawah Asrama
Putra. Dan ternyata, cabang Debat Inggris Kabupaten Purwakarta mendapat jatah
pertama kali tampil melawan Kota Bandung ( perlu diketahui, yang mengambil
nomor undian adalah saya :D ). Waktu lomba penyisihan bagi Debat Bahasa Inggris
Putri adalah siang pada hari yang sama. Setelah melacak materi seputar
Demokrasi Liberalisme dalam konteks Islam dari berbagai tema yang ada, kami
mendapat jatah kontra yang artinya lebih mudah untuk menyerang dan berusaha
mempertahankan. Kami melangsungkan perlombaan dengan tenang dan damai. Pada
detik-detik terakhir, kami memukul telak lawan dengan pertanyaan yang jitu dan
ditutup dengan ketukan palu dari juri yang menandakan waktu diskusi habis
sebelum pro melepaskan argumen dan jawabannya bila ada. Babak penyisihan
selesai. Acara pribadi selanjutnya disusul dengan perjalanan menuju bazar
pernak-pernik MQK di lapangan utama. Disaat yang sama peserta Tafsir Al-Quran
dari pesantren Al-Muhajirin, pesantren saya, yang bernama A. Fikran Mahissa pun
melaksanakan lombanya.
Malamnya, kami berkumpul membahas
argumen-argumen yang disampaikan lawan tadi siang. Dan kebetulan malam itu
adalah pengumuman peserta yang masuk dalam seleksi final yang telah dipilih
dari 6 nilai tertinggi. Artinya, nomor 7 kebawah telah di blacklist. Sayangnya,
keempat regu debat bahasa kami tidak ada yang lolos ke babak selanjutnya. Tapi
kami bersyukur bahwa diantara pahlawan-pahlawan Purwakarta kali ini, masih
banyak yang masuk kedalam babak final esok hari.
Karena tidak ada kegiatan di hari
kamis, para kaum hawa sebagian memilih untuk pergi atau sekedar jalan-jalan
melihat peserta yang masuk babak final. Sebagian yang pergi ke luar lingkungan
pondok Al-Amin memutuskan untuk pergi ke Plaza Asia yang terletak tak jauh dari
jalan utama pondok.
Dengan dua kali naik angkutan kota, kami sampai di pintu
utama Plaza Asia. Tujuan kami pertama kalinya semenjak sampai di tempat itu
adalah : toko buku. Ya, kami langsung melesat ke toko buku Gramedia dan
berselancar mencari buku yang kami minati. Sampai tengah hari, kami makan siang
dan kembali mengelilingi pusat perbelanjaan tersebut. Saat hari menjelang sore,
kami baru pulang ke rumah penginapan dengan jatah uang yang hampir tipis dan
banyak kantong belanjaan di tangan kami.
Pengumuman selesai saat waktu menunjukkan pukul setengah 12
malam. Kami kembali ke rumah penginapan dan menikmati angin malam yang berbeda
dari biasanya. Sesuatu yang tak akan membuat kami masuk angin, namun semacam
saat-saat yang nantinya akan selalu kami rindukan. Sebagian memutuskan
memanjakan kelelahan mereka diatas tempat tidur, namun saya dan kak Izza
memilih untuk melihat percik cahaya putih kunang-kunang di keremangan malam
tengah sawah yang sangat indah dan mengalunkan lagu “if this was a movie” yang
dinyanyikan Maddi Jane. Itu adalah lagu kebangsaan lomba pribadi kami kali ini.
Nothing’s
gonna change, not for me and you then before I knew how much I had to lose.
Tak lama setelah itu,
kami diberi tahu akan melaksanakan perjalanan pulang ke Purwakarta pada malam ini
juga. Kami langsung bersiap dan menaiki bus yang telah disediakan. Di perjalanan,
seperti ada sesuatu yang tertinggal. Kenangan. Kenangan kami telah tertinggal
disana. Kapan kami mengunjungi Tasikmalaya bersama kembali?
Setelah lama menempuh
perjalanan yang sangat jauh, kami akhirnya sampai di Purwakarta kembali dengan
selamat. Sungguh pengalaman luar biasa yang tak terlupakan. Kelak, saya yakin
bahwa diantara kita akan ada yang menjadi pemipin dunia dengan dasar Agama
Islam yang dimilikinya.
“Kegagalan bukan
penutup pintu kesuksesan seseorang. Ia justru menjadi jalan bagi mereka yang
sadar akan adanya kesempatan.” –A.M Athena